11.2.15

Log-Lim: Dam

Malam itu angin mengalun membawa sisa-sisa penat yang ada di kepala. Rasa dinginnya terhalang oleh lapisan parasut jaket yang lekat pada kulit. Namun alunan angin tidak hanya membawa dingin. Bertubi-tubi potongan lagu itu datang, terselip diantara banyaknya memori dalam pikiran. Memicu sekelebat gambaran sebuah wajah. Wajah yang sudah lama tak kujumpai, wajah yang tak sekadar punya kenangan. Berada di mana-mana dalam bentuk yang berbeda.

"masuklah ke pelukanku
  bersama kita mengarungi gelombang
  gelombang menjadi langkahmu
  langkahmu menjelma wajahmu
  wajahmu menyatu dalam sukma kita
  sukma menyinari hidup
  hidup ini indah"

Apa kabarnya Log sekarang? Ia sudah tidak pernah lagi muncul di chat perkumpulan jaman sekolah dulu, pun tidak pernah hadir di acara reuni. Bagai hilang saja ditelan bumi. Bahkan tidak membalas personal chat dari Bin yang notabene adalah teman dekatnya. Log tidak lolos di jurusan pilihannya yang sama dengan Tan. Dengar-dengar Log akhirnya mencoba peruntungan menjadi veteriner dan sudah damai disana. Log pasti sudah lupa akan kenangan konyol tahun lalu.

Ah, ya. Aku tiba-tiba teringat Log karena salah satu teman kampusku... namanya Dam, mirip sekali kelakuannya dengan Log. Agak sedikit freak, namun sangat open-minded. Sama-sama jago main alat musik. Sama-sama suka hal-hal yang berbau biologi juga, namun tidak semaniak Log memang.

Ya, Dam lumayan terkenal dengan "keanehannya" itu. Aku jarang sekali berada di jurusanku sendiri, mungkin hampir tidak pernah. Aku malas bertemu senior, jadi aku sering main ke fakultas lain. Tiap kali dapat kenalan baru dan mereka tahu jurusanku, pasti Dam yang ditanya:
"Wah, berarti kamu kenal sama Dam, ya, Lim?"
'Oh, aku belum bertemu dengan Dam, memangnya kenapa?'
"Anaknya freak abis, lo pasti terkesima deh karena saking anehnya."
Aku lupa, tapi sepertinya ada dua atau tiga orang yang mengatakan hal itu padaku. Mungkin aku pernah bertemu dengan Dam, tapi tidak ngeh.

Aku ingat kesan pertama bertemu dengan Dam, setelah hanya mendengar dari omongan orang-orang: Oh, jadi ini orangnya. Lantas tidak heran sama sekali. Kali pertama aku tahu mana yang namanya Dam... ia sedang memanjat pohon yang ada di lapangan kampus. Lantas guling-guling di rumput. Dia yang begitu kok aku yang malu:( Tapi setelah itu ia bisa jadi sangat serius ketika mendiskusikan sesuatu yang penting. Kalau tidak salah, setelah adegan panjat pohon itu kami mengobrol tentang lonte.

Namun, ya. Seperti yang sudah kukatakan. Aku jarang berada di jurusanku sendiri. Aku hanya beberapa kali saja bertemu dengan Dam. Aku tidak akan menjatuhkan diriku ke dalam hal-hal konyol lagi.

Malam semakin malam. Angin semakin dingin. Minumanku di meja kantin itu kini sudah habis. Temanku sudah mengajakku pulang. Aku harap... aku hanya berharap agar aku tidak konyol.

No comments:

Post a Comment