19.11.19

Da-dum: i should be okay too.

Jadi akhirnya hari itu tiba juga. Ketika kita tak sengaja bertemu. Jujur aku terkejut, meskipun berhasil untuk tidak menampakkannya. Aku bertanya-tanya apakah itu juga yang Dam rasakan, ketika kulihat ia nampak biasa saja. Senyum khas itu, kembali terbit di wajahnya kala mata kita bertemu. Dan lagi-lagi, aku bertanya-tanya apakah senyum itu asli, ketika aku sendiri berusaha keras untuk tersenyum sewajar mungkin.

Aku menertawakan diriku sendiri dalam hati. Bisa-bisanya aku berkata pada diriku sendiri: aku ingin semuanya seperti sedia kala, aku ingin kita seperti dulu, tak perlu ada perasaan canggung diantara kita. Omong kosong, tidak masuk akal. Ternyata aku sendiri yang tidak kuat melakukannya.

"Gue tau lo orangnya ngga mau ribet kaya gue, tapi sesuatu yang se-complicated ini, ngga akan bisa diselesaikan dengan simple." Dulu Los pernah mengatakan ini padaku. Aku ingat membantah Los habis-habisan. Sekarang? Kalimat itu datang dan ikut menertawaiku. Hahaha, aku merasa seperti orang gila, yang masih terbayang-bayang akan kejadian sialan itu. Akan apa yang sudah Dam lakukan...

Yah, memang. Orang yang pandai bergaul, berbaur seperti Dam... pasti bisa dengan mudah menutupi semuanya. Bahkan, dengan sangat natural, bercanda sambil memainkan rambutku. Aku bisa apa? Duduk diruangan itu tanpa melakukan sesuatu yang ceroboh saja sudah bersyukur. Bisa mempertahankan pokerface yang kubuat saja aku sudah bersyukur.

Meski sejujurnya diam-diam aku senang, akhirnya bisa melihat senyum Dam lagi. Selama ini aku sengaja menghindar karena aku berpikir: aku tidak ingin mengganggu hidup Dam lagi. Aku hanya ingin Dam bahagia. Ya, aku senang, bisa melihat senyum Dam lagi. Dan karena Dam terlihat baik-baik saja, aku jadi meyakinkan diriku sendiri: Dam baik-baik saja, jadi aku juga harus baik-baik saja.

No comments:

Post a Comment