31.10.15

Lim...? 1571; 6.30 am

Kalut. dan semrawut. Rasa dalam hatiku tidak keru-keruan. Kepalaku terasa berputar-putar.
Padahal tak ada yang salah disini.
kenyataannya, kita tidak duduk berdampingan, tidak sama dengan apa yang aku bayangkan akan terjadi. kita duduk saling membelakangi. melewati waktu dini hari menuju pagi. biasa saja. tak ada apa-apa. bagimu. bagiku?

malam ini tidak seberisik ketika aku memikirkanmu, dan tidak bisa tidur karena kedinginan. ditemani suara gemericik air, derak kayu, dan gumaman orang-orang dari balik dinding. tidak, malam ini sunyi. bahkan angin malam yang biasanya menghampiri dedaunan pun tak kunjung datang. hanya saja malam ini lebih dingin.

hanya ada satu suara. nada dari petikan dawai gitarmu. greensleeves. aku tahu lagu itu.

malam ini cukup cerah. hanya ada sedikit awan tipis. dan bulan merangkak naik berjumpa zenith.

Kalau dipikir-pikir, konyol juga. ini waktu-waktu kritis untuk istirahat. masih panjang hari esok untuk dihidupi. dan bukannya istirahat, kita berdua malah duduk disana. membisu. antara memberi jarak atau sebenarnya menahan hal-hal yang seharusnya diperbincangkan karena bukan tempatnya.



namun sebenarnya aku bertanya-tanya apakah dirimu mungkin saja muak harus melihatku setiap hari. karena aku sejujurnya muak bertemu denganmu. muak akan segalanya tentang dirimu. muak akan rasa yang selalu muncul ketika melihatmu.

aku tidak ingin kita saling berbalas pesan singkat meskipun isinya tidak penting sekalipun, aku tidak ingin kita saling mengandalkan satu sama lain, aku tidak ingin dirimu datang dengan segala bala bantuan ketika aku sedang membutuhkanmu, aku tidak ingin melihatmu dengan senyumanmu ketika kita bertemu, aku tidak ingin. aku tidak ingin lagi.



dan ketika akhirnya sampai di ujung pertemuan, percakapan yang tak terduga-duga terjadi.
S: bangun, udah pagi.
L: nggak. masih ngantuk.
S: ayo pulang.
L: duluan aja.
S: bareng aja, gue anterin. nanti lo bisa tidur di jok belakang.

apa...?

L: nggak. gue jalan sendiri aja.

aku tidak peduli dengan sikap dinginku. aku tidak peduli dikira bodoh karena telah membuat "ruang" diantara kita. aku hanya tidak ingin diriku terlalu larut dalam kedekatan tiada akhir ini.

tak ada poinnya kita begini. Aku tahu posisiku, kamu tahu statusmu. Entah apa yang aku perdebatkan lagi dalam nuraniku meski logikaku berkata tidak.

semesta bagai hilang, runtuh berjatuhan, di suatu pagi dimana matahari baru melongok dari horizon. yang ada hanyalah punggung berjaket hijau yang menggemblok tas berwarna biru... yang perlahan menjauh. namun aku tidak yakin.



ini pasti hanya sementara.
sama seperti sebelum-sebelumnya.

No comments:

Post a Comment