28.1.23

blocking

Aku ternyata di block oleh seseorang. Tadinya aku merasa gelisah dan cemas, bertanya-tanya alasan mengenai mengapa ia mem-block aku? Sampai pada akhirnya aku legowo dan menerima. Toh itu kan hak dia mau seperti apa. Mungkin memang ada sisi dari diriku yang membuat ia tidak senang. Dan sampai akhirnya aku melakukan hal yang sama ke orang lain, baru aku paham alasannya.

Ada secercah rasa lega ketika akhirnya aku berhasil mem-block atau mem-mute orang lain supaya tidak masuk feeds. Dan kemudian rasanya jadi lebih dari lega. Tenang. Tidak harus muak lagi melihat foto profilnya yang aneh setiap kali orang itu membuat story. Tidak lagi menggunjing orang lain yang beda selera denganku. Tidak perlu overthinking dan insecure setelah melihat kehidupan orang lain. Mungkin memang itu yang aku butuhkan saat ini, saat aku merasa sulit untuk menerima semuanya sekaligus.

Masih awal tahun dan aku sedang berada di kondisi terpuruk. Sendirian. Menjelang tua. Akhirnya memutuskan bercerai karena sudah muak dengan kelakuan mantan suami. Tidak diperpanjang kerja di tempat lama: menganggur. Belum menemukan motivasi untuk menyelesaikan studi magister. Begadang hanya untuk scrolling media sosial sampai subuh. Ketika datang keinginan untuk olahraga, hujan malah kembali turun. Ketika muncul ide-ide, malahan ide menulis biasa seperti ini, bukannya ide untuk menulis tesis.

Sementara semua temanku terlihat berhasil. Berhasil dengan pernikahan dan hubungan asmara mereka. Berhasil dengan mendapatkan pekerjaan yang baik. Berhasil menyelesaikan studi mereka, bahkan sampai mengambil sampingan bootcamp dan kursus. Berhasil hidup sehat dengan makan sehat dan olahraga di tengah kesibukan mereka. Memang, yang mereka tampilkan pasti hanya yang bagus-bagus saja. Tapi kenyataannya, mereka selalu mendapatkan yang bagus-bagus sementara aku... ah, sudahlah.

Aku tahu kalau membandingkan diri dengan orang lain itu tidak sehat. Tapi kadang-kadang, kita tidak bisa mengontrolnya, bukan?

Sepertinya akan ada banyak lagi tulisan yang akan datang, meskipun isinya hanya misuh-misuh seperti ini. Setidaknya aku tidak jadi gila karena masih bisa mencurahkan isi hati dan kepala meskipun hidup sendirian.

No comments:

Post a Comment